Senin, 15 Februari 2016

Tentang Tema Cinta yang Begitu Seksi di Pasaran Kita

Karya-karya Bernard Batubara (sumber: http://www.bisikanbusuk.com/)

Tak perlu dipungkiri tema cinta memang mempunyai tempat khusus di hati penikmat karya di Indonesia. Tak peduli entah itu buku, film, lagu, bahkan sampai model konten digital yang bersebaran di jagad maya. Saya berasumsi bahwa tema cinta merupakan target market yang sangat seksi bagi siapapun yang ingin berkarya. Sebab karena cinta sepertinya selalu terasa menyegarkan bagi siapapun penikmatnya. Ia begitu dalam dan sangat dekat (related) dengan keseharian masyarakat kita. Mulai dari kesendirian, patah hati, kasih sayang, kerinduan, dan masih sangat-sangat banyak lagi. Tentu sebagaimana pun orang, persoalan cinta lah yang paling mafhum untuk dirasakan.
Untuk membuktikannya, ada banyak sekali contoh yang sepertinya bisa dilihat melalui keseharian kita. Mungkin tanpa disadari, kita telah dibombardir dengan tema-tema percintaan. Hanya saja, kita (seolah) merasa nikmat mendapat bombardir yang satu ini. Efek jangka pendeknya malah membuat kita sering mesem-mesem sendirian di kamar, memandang langit-langit, dan mulai mendelusikan suatu hal. Atau yang lebih dramatis, itu bisa menyebabkan baper yang berkepanjangan bahkan cenderung obsesif. Walau demikian, tak sekalipun sepertinya kita lelah mendapat cekokan tema cinta setiap saatnya.
Contoh paling dekat, tengok saja bagaimana Raditya Dika menjadi sebuah pekarya yang viral di jagad digital. Tak hanya bahasannya di sosial media yang melulu soal cinta, pun pada karya-karya masterpiece-nya yang berseliweran tanpa henti. Bagaimana ia mengelola saluran Youtube-nya, buku-buku yang telah ia tulis, sampai film garapannya yang sering menghempas box office.
Mulai dari Cinta Brontosaurus, Cinta dalam Kardus, Malam Minggu Miko, segmen Raditya Ngomongin Cinta, materi-materi stand up comedy-nya, dan lain sebagainya sebagian besar membahas tentang cinta. Ada sebuah pijakan besar yang melandasi karakter Radit sehingga begitu pas di mata penikmatnya. Asumsi saya, Radit menjadi begitu viral karena apa yang ia suguhkan memang seperti apa yang diinginkan pasar (re: kita memang selalu butuh asupan cinta). Dengan begitu, Radit tentu bisa melesat lebih cepat melebihi rekan-rekan pekarya lainnya.
Tapi, mungkin ada yang meragukan karena sosok Raditya Dika saja sepertinya tak relevan jika dijadikan sampel. Kalau begitu, mari bergeser ke hal lain yakni pada jagad sinetron televisi kita. Tema apa yang sudah pasti menempati posisi rutin tayang? Sudah pasti jawabannya cinta. Bagaimana mungkin tema cinta tidak diminati, wong sinetron Cinta Fitri saja sampai ber-season-season, kan? Belum lagi tayangan-tayangan sinetron lain yang sering menyuguhkan romansa anak sekolahan, misal. Dan yang pasti salah satu bukti terkuat adalah film televisi kita alias FTV, yang sampai tulisan ini saya buat tentu masih didominasi dengan cerita-cerita cinta.
Sekarang coba melipir sejenak ke wilayah industri perbukuan. Ada satu contoh menarik dari segmen ini yaitu ketika munculnya novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Satu pemahaman yang menarik adalah bahwa tema cinta nyatanya selalu ringan untuk disatupadukan dengan tema-tema lain. Bahkan dengan tema yang cenderung kaku seperti religi, misal. Akhirnya muncullah aliran religius-romance, romance comedy, thriller-romance, dsb. Tentu ini sebuah keuntungan tersendiri karena tema cinta tak menjadi sebuah hal kaku yang sulit dikompromikan.
Jika melihat rak-rak di toko buku mainstream di Indonesia, tentu bagian best seller selalu tersedia cerita-cerita tentang cinta (bersaing erat dengan komedi dan religi). Itu membuat setiap pengarang sepertinya memiliki harapan besar untuk nangkring di rak buku laris. Walau tak sesimpel itu konteksnya, tapi dalam hal ini saya rasa pas mengambil contoh Bernard Batubara. Penulis muda, yang alhamdulillah berkualitas dan disukai banyak pembacanya.
Saya mengikuti jejak viral Bara melalui kicauan-kicauannya di @RadioGalauFM (yang kemudian juga menjadi buku dan film) dan novel Kata Hati-nya yang diterbitkan oleh Bukune. Jika melihat pada masa itu, Bara seolah menawarkan sesuatu yang tepat kepada massa yang tepat. Sebagai sebuah penajajakan awal, rasanya itu menjadi sebuah dobrakan yang begitu menyejukkan pembaca, terlebih pembaca muda. Dan kemudian kita tahu, cerita-cerita cinta Bara terus berlanjut sampai buku-buku yang dihasilkannya sekarang. Cinta. (dengan titik), Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, dll. Dan (syukur) itu semua disukai. Terlebih tulisan-tulisan Bara memang nikmat dibaca dan seolah jika diterawang akan membuat umur kepenulisannya semakin panjang.
Sekarang mari bergeser lagi ke jenis karya lain yakni musik. Mau tau viral apa yang sedang terjadi di dunia musik belakangan ini? Mari cek berita tentang lagu Kesempurnaan Cinta yang sempat memuncaki tangga lagu iTunes (per tanggal 20 Januari 2016). Tentu Rizky Febian tak salah tempat mencurahkan kegelisahannya melalui lagu tersebut. Banyak “korban”-nya yang kemudian menikmati itu dan seolah merasa senasib-sepenanggungan. Di Youtube, videonya sudah tiga belas juta kali putar sejak diunggah enam bulan lalu. Sepertinya memang takdir musik kita tak jauh-jauh dari persoalan cinta.
Tapi perlu diingat, tentu ini bukan aturan baku yang memastikan bahwa siapapun yang mengangkat tema cinta pasti akan menjadi viral, disukai, dan meledak. Belum tentu. Masih ada banyak aspek lain yang menunjang karya agar bisa berterima dan tentunya disukai pasar. Hanya saja kedekatan antara pembaca dengan cintalah yang kemudian membuat karya dengan tema-tema cinta menjadi begitu mudah untuk dinikmati. Terlepas apa itu karya bagus ataupun bukan. Sebab urusan bagus-tidaknya karya adalah ihwal analisa lain.
Oh, ya, sebagai penutup tulisan yang penuh subjektivitas ini, rasanya tak sopan bila saya luput menyebut akun Line@ Sad Story yang menjadi santapan viral di pergaulan anak muda kita. Tentu kalian juga harus berterima kasih kepadanya setelah membaca tulisan ini. Terima kasih atas jasa-jasanya membentuk pola pikir brilian remaja kita dalam memandang cinta. Dengan begitu rendah hati, sepertinya lengkaplah sudah pemahaman kita akan tema cinta yang memang memungkinkan pasar untuk bertekuk pasrah. Jadi, sudahkah kamu mendapatkan ide seputar cinta hari ini?

"Cinta itu indah, jika bagimu tidak, mungkin kamu salah milih pasangan." -Pidi Baiq

16 komentar:

  1. Tak ada batasan dalam hal mencintai, Albert Camus berujar. Tak ada yg salah dengan cinta. Yg salah emang media (dalam hal ini industri hiburan) yg mengekploitasi cinta ini menjadi suatu yg kacangan, dalam definisi sempit.
    Padahal ada cinta romantik, platonik, patriotik, dan lain-lain. Bahkan, untuk cinta romantik pun bukan hanya soal jatuh cinta, patah hati dan mup on.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, sebagai penggemar karya-karya Camus, saya suka komen ini.
      Mantap!

      Hapus
  2. Menurut saya tulisan ini cukup menarik menjadi pembahasan. Saya fikir Anda adalah orang yang tidak menghiraukan sesuatu hal yang bersangkut paut dengan hal ini. Ternyata anggapan saya tidak tepat. Namun, pertanyaan saya adalah Bagaimana cara penulis blog ini menunjukan cintanya?

    BalasHapus
  3. saya nggak ngerti pak, cinta yang membentuk pasar atau pasar yang membentuk cinta? tapi rumah saya dekat pasar kok pak. saya juga cinta pasar (malam).

    BalasHapus
  4. Cinta gak bisa dipisahkan kehidupan sehari-hari. Kita ada di dunia ini karena cinta juga. Jadi, wajar cinta menjadi tema yang menjual. Tapi tergantung cara mengemasnya juga sih. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, poin terakhirnya itu yang paling penting sebetulnya.

      Hapus
  5. Cinta sudah seperti oksigen. Kapan dan dimana pun akan dilekatkan. Hanya kembali lagi, cinta itu bisa diarahkan atau tidak? Sebab cinta bisa membutakan.

    BalasHapus
  6. Cinta kaku untuk orang dan pasangan yang kaku :3
    Uuuh.. tapi orang yang tidak pernah merasakan cinta, sekalinya merasakan, pasti akan menjadi kaku :3

    BalasHapus
  7. pembahasan yang sangat menarik, apalagi tentang raditya dika itu.. baru sadar juga :v nais posting bro...

    BalasHapus
  8. Ngga cuma dari media yang udah kamu sebutkan sih. Coba liat sehari hari kalau cewek ketemu pasti yang diomongin curhat gebetan/pacar mulu. X))

    BalasHapus